Kamis, 18 Desember 2014

BAYANGAN HITAM MENYATUKAN KITA

Bel istirahat berbunyi, aku tidak seperti anak-anak yang lain langsung berhamburan ke kantin melainkan langsung menuju sebuah taman sekolah dan duduk disana, di bawah sebuah pohon yang rindang dengan rumput yang hijau serta angin sepoi-sepoi yang menggerakkan helai demi helai rambut panjangku, bersenandung sambil menikmati suasana sekolah, suasana yang asik yang membuatku selalu terbawa dalam khayalan-khayalan tak menentu. Tidak hanya aku yang suka duduk disana, banyak siswa-siswi lain yang duduk disana sekedar untuk bercengkrama dengan sobat-sobatnya. 
Aku, panggilah aku dengan sebutan Alisa, seorang siswi SMAN 1 Sukajagung yang memiliki tinggi 162 cm, berambut hitam ikal panjang, berkulit kuning langsat, mempunyai senyum yang manis, baik, photograph and music addiction. Setelah mendeskripsikan diriku pasti kalian berpikir aku wanita yang sangat cantik, iya kan? haha sebenarnya sih iya tetapi aku orang yang rendah hati, seperti kalian tahu bahwa di dunia ini nggak ada manusia yang perfect dan pasti memiliki kekurangan baik dari sisi sifat, sikap, maupun fisik. Aku, aku memang mempunyai kekurangan dan itu yang selalu membuatku termenung akan kekuranganku oleh karena itu aku suka berkhayal menjadi orang yang jenius dalam menempuh kehidupan. Tak perlu kujelaskan kekuranganku dengan berterus terang karena aku malu, setelah kalian membaca cerita ini kalian akan tahu kekuranganku.
“Kriiiiiiiing... kriiiiiing....”, bel masuk kelas pun berbunyi dan bertanda aku harus bertemu sesosok wanita gemuk dengan rambut keriting pendek dan suara lantang di kelas, Ibu Yoki. Teman-teman kelasku sering memanggil guru itu dengan sebutan “algojo”, dia memang salah satu guru fisika yang tergalak. Kalau berbicara tidak bisa bersuara lembut mungkin karena terbawa oleh logat batak nya. Bu Yoki pun masuk kelas dan anak-anak langsung mengucapkan salam dengan terpampang wajah menegangkan.
“Selamat pagi, hari ini ibu akan membacakan nilai ulangan harian kedua kalian. Shuuut up!!!  Jangan ada yang ngobrol, dengarkan baik-baik!”, ucap bu Yoki. Anak-anak pun langsung terdiam dan siap mendengarkan nilai yang disebutkan dari absen pertama sampai akhir. Walaupun namaku Alisa bukan berarti absenku berada diurutan pertama melainkan absen terakhir yaitu Zahra Alisa Widyodiningrat. Aku pun optimis mendapatkan nilai bagus karena nilai-nilai diatas nomer absenku melampaui nilai standar. Teman-temanku pun menunjukan wajah ceria karena nilainya bagus sedangkan aku masih menunggu penyebutan absen terakhir. Jauh dari yang aku kira, aku mendapat nilai 5,0 dan aku harus mengikuti remedial. Ternyata tidak hanya aku yang di remedial, Fares pun mendapat nilai 7,4 kurang satu point untuk mencapai nilai standar. Dan kami pun diperintahkan membuat soal-soal serta pembahasan tentang bab. Gelombang dengan di print out dan diserahkan minggu depan. Fares, dia sahabat terdekatku selama 6 tahun kebelakang dan aku sekelas sama dia, Fares cowok yang suka banget sama design art, basket, musik dan dia mempunyai rambut keriting tapi berkulit hitam manis. Dan dia orangnya asyik kalo diajak buat curhat. Sepulang sekolah aku dan Fares pun membicarakan dimana harus menyelesaikan tugas fisika. Akhirnya dia mengambil keputusan mengerjakan di rumahku karena laptop dia lagi dibawa bokapnya. Aku pun diboncengi motornya sampai rumah dengan wajah yang lelah dan mulai mengerjakan tugas secara seksama pada sore itu di ruang tengah.  Pukul 20.00 malam, karena tugas yang amat sulit  aku pun capek tanpa sengaja tertidur dengan kepala diatas meja, dan Fares pun melanjutkan tugasnya tanpa membanguni aku. Selang waktu beberapa jam, Aku pun tiba-tiba terbangun dan ternyata aku sedang berada diatas sofa dengan sebuah selimut dan meja sehabis mengerjakan tugas terlihat rapih, dengan wajah yang panik aku pun langsung bergegas keluar rumah untuk mencari Fares. Ternyata yang ada hanya suara jangkrik dari taman, tanpa ku sadari ketika aku melihat jam menunjukan pukul 03.00 pagi. Aku pun terdiam merasa bersalah kepada Fares yang telah menyelesaikan tugasku. Terlihat diatas meja selembar kertas bertuliskan “Tugasnya udah gue selesaiin, lain kali kalo capek gausah ngerjain tugas! Fares”. Aku pun tersenyum karena senang tugasku terselesaikan, besok aku janji buat minta maaf ke Fares dan berterima kasih  atas balas jasanya. Di pagi prematur, aku pun menuju kamar dan melanjutkan tidurku.
Alarm berdering, berusaha tuk menggapainya dan mematikan bunyinya. Aku pun bangun dan bersiap-siap berangkat ke sekolah.  di ruang makan papa, mamah, dan adikku Chacha yang baru kelas 5 SD  sedang sarapan. Aku pun sarapan dan duduk di samping mamah.
 “Sa, kamu gimana sih semalem Fares ngerjain tugas sendirian eh kamunya malah asik tidur”, ucap mamah.
“Iya ma, aku tuh kecapean terus ga sengaja tidur deh. Kenapa Fares ga bangunin aku?”, sahutku.
 “padahal mamah udah suruh bangunin kamu, eh kata Fares gausah kasian kamu kecapean”, jawab mamah.
Aku pun terdiam, benar-benar Fares itu sahabat aku yang paling baik.
 “ Ga sia-sia aku punya sahabat yang perhatian kaya dia”, sambungku dalam hati sambil tersenyum malu ke hadapan nasi goreng.
“Kenapa kamu sa?”, tanya mamah membuyarkan pikiranku.
“hmm, gapapa ko mah aku cuma seneng aja tugas aku diselesain dia”,  jawabku.
“ehem, yang bener? Masa sampai senyum-senyum begitu”, ledek papa.
“huh, beneran ko. Kenapa sih pada ga percaya? Emang ada yang aneh ya sama aku?”, tegasku.
“ciyus ah? Miapa? sekarang kakak udah genit ya pantes jerawatnya tumbuh satu”, ujar adikku meledek tertawa lebar.
“iiiiiih, apaan sih kamu dek huuh “, ucapku kesal.
“haha, sa kalo ga ada yang aneh sama kamu juga kita ga akan ngeledek kamu. Lagian kan emang dari dulu kamu suka sama Fares? Emang belum bisa move on?”, tanya mamah yang membuatku tidak nafsu sarapan.
“Mamaaaaa, jangan ungkit-ungkit tentang suka menyuka deh mah. Aku kan sama Fares sahabatan aja”, jawabku.
“tapi masih suka kaaan?”, tanya mamah meyakinkan.
“Ya ampuuun, aku lupa hari ini aku piket. Aku berangkat dulu ya mah, pa, Cha”. Jawabku untuk menghindar dari pertanyaan mamah sambil berpamitan.
          Aku pun berjalan menuju ke jalan raya untuk bisa naik angkot. Keluargaku memang termasuk keluarga yang sederhana makanya aku tidak seperti yang lain pergi sekolah dengan mengendarai sepeda motor, mobil, dll melainkan naik becak. Di tengah jalan menuju ke jalan raya, tiba-tiba...
 “Sa, mau nebeng ga?”, seorang cowok berbicara dibelakangku dengan mengendarai motor Tiger.
Aku pun terdiam dan cowok itu membuka helmnya, ternyata dia Adit . Adit satu sekolah denganku, terkadang aku berangkat bareng dia kalo bertemu dijalan.
“wah, ga bakal nolak gue dit daripada gue jalan cape-capein haha”, jawabku sambil tertawa dan adit pun ikut tertawa.
          Sesampainya di sekolah, aku pun dengan semangat masuk kelas entah apa yang membuatku semangat hari ini. Ku ambil sapu dan mulai membersihkan kelas karena piket dan tanpa sengaja tanganku terkena tanah ketika mengangkat pot bunga, aku pun berjalan menuju wastafel  sambil berusaha membersihkan tanganku dengan tissue. Ketika sedang berjalan di lorong-lorong kelas...
“Aaaaw”, ucapku saat terjatuh.
“Maaf, makanya kalo jalan jangan nunduk aja”, kata seseorang yang menabrakku.
“emangnya lo ga liat apa di depan lo adaa.....”, aku pun mengangkat kepalaku dan melongo yang ternyata itu Fares. Fares pun heran dan langsung membantu aku bangun.
“eh hm, maaf Fares gue yang salah jalan pake nunduk”, ucapku takut Fares marah.
“iya iya gue maafin, yah tangan gue jadi ikutan kotor kan tuh”, keluh Fares.
“yaudah ayok cuci tangan”, aku pun menarik Fares ke wastafel.
          Di lorong sekolah aku meminta maaf atas kejadian semalem dan berterima kasih karena sudah berkorban menyelesain tugasku.
“hmm...Res.. “, mulaiku.
“ape si?”, jawab fares
“hehe gue minta maaf ya res semalem gue ketiduran terus gue juga mau terima kasih sama lo udah nyelesaiin tugas fisikanya”, mohonku tersenyum  dihadapannya yang berwajah datar.
Setelah loading beberapa menit Fares pun hanya tersenyum dan berjalan melewatiku.
Aku pun berusaha mengejarnya dan berdiri dihadapannya lagi..
“Gue tau res gue salah! sangat merasa bersalah, maafin gueeee please!”, kataku sambil bermuka kasihan. Bener-bener Fares itu cowok yang sok jual mahalnya udah akut, aku minta maaf eh dia malah ga jawab terus langsung jalan gitu aja, dikira angin kali ya nasib ya nasib. Kesal ku pun tak ketulungan, sebelum Fares berjalan jauh aku bergegas menarik lengan bajunya dengan semangat membara. Tiba-tiba...
*sreeeeeet.....*
Oh my good, benar-benar baik ternyata lengan bajunya robek. Tanpa berpikir panjang aku langsung sedih ingin menangis. Satu masalah belum selesai eh masalah baru aku produksi lagi.
“today was the Badday”, ucapku berbisik.
Sentakku, “yaaaah, Fares maafin gue. Tapi gue tau ko lo pasti gamau maafin gue, terserah lo mau maafin gue atau nggak tapi lo harus maafin gue”. Fares hanya mendatar bingung dengan omonganku dan berjalan menuju ke kelas tanpa berkata sepatah pun kepadaku dan aku mengikuti dibelakangnya yang sesekali Fares menengok ke aku. Sepanjang perjalanan ke kelas Fares hanya terdiam, tapi ku anggap dia sakit gigi. Seharian di sekolah Fares diemin aku, tentunya sepi banget biasanya disaat jam kosong dia yang selalu temenin aku, aku pun menyendiri di kantin sekolah dan teringat flashback ke 2 hari yang lalu sewaktu aku hunting bareng Fares di padang alang-alang, saat penuh canda tawa, saat dimana ngumpulin belalang yang paling banyak dialah yang menang, disaat dia membuatkanku bandana dari alang-alang. Ketika dia menyuapkan bekelku ke mulutku. Itu semua satu dari banyak kenanganku bersama dia selama 6 tahun ini. Termenung ku di bangku kantin sekolah dengan sekotak teh...
“sebelumnya Fares ga pernah semarah ini, kalaupun aku salah dia pasti langsung bilang “lupakan” tapi sekarang dia tak berkata sedikit pun”, kataku bersedih dihati. Aku bingung tak menentu, banyak temanku tapi tak ada yang bisa menghilangkan sepinya ini. Oh ya Aku dan Fares sama-sama menyukai fotografi dan musik.
                                            _____  oOo  ______
         
Hujan pun turun, termenungku lagi duduk di belakang di jendela kamar menatap air yang jatuh dari sehelai daun. Kuingat  liburan sudah di depan mata..
“kalo Fares masih gamau bicara sama aku pasti liburan jadi sepi deh”, dalam hatiku yang sedih.
“eheem, kenapa anak mama galau nih?”, tiba-tiba mama masuk kamar.
“itu ma, masa Fares marah sama aku”,  jelasku.
“loh? Marah kenapa? Mama bilang mamanya Fares ya biar dia baik lagi sama kamu”, ucap mamaku.
Keluargaku sama keluarga Fares memang sangat akrab dan saling mengenal.
“jangan ma, jangan bilang mamanya Fares....”, pintaku.
*terdiam sejenak*
“aku ngerobek bajunya Fares maaa, terus Fares gamau ngomong sama aku nanti pasti liburan jadi sepi”, sahutku.
“oh hahaha yaudah jangan dipikirin, mungkin dia lagi ngerjain kamu sekarang kan tanggal 1 April”, hibur mamah.
“ya ampun, aku baru inget ini april mop. Hahaha, dasar tuh anak mau ngerjain aku”, sadarku.
“yaudah sekarang jangan sedih lagi ya, mama mau nyusun bunga plastik dulu”, kata mama dan dia keluar dari kamarku.
Aku pun lega karena Fares berniat mau ngerjain aku, tapi kutunggu sampai malam tidak ada sms dari dia. Aku ragu apa dia beneran marah atau ngerjain aku... aku pun menghembuskan nafas dan tidur.
Libur telah tiba, seperti yang dikatakan penyanyi cilik Tasya. Keluargaku sudah merencanakan untuk berlibur ke sebuah village di bawah kaki gunung Sumbing. Kami pun pergi kesana tapi kali ini Fares tidak ikut, dia masih tak mau bicara denganku.
“liburan kali ini terasa beda”, kataku yang duduk di bangku tengah mobil.
Mama dan papa hanya tersenyum, entah mengapa mereka tidak bisa merasakan sedihnya aku. Lama perjalanan akhirnya sampai juga di villa, aku turun dari mobil dan berkeliling melihat suasana dengan kamera mengalungiku. Villa yang asli dengan bentuk rumah di pedesaan dengan berbahan kayu, besar, bertingkat, terlihat seperti rumah tua karena sudah berdebu dan tangga yang berbunyi saat kupijak, dari teras lantai atas villa itu hanya terlihat hamparan pohon teh yang indah dikelilingi pegunungan yang membuat hijaunya mata ini. Dengan suasana yang sepi jauh dari kota dan angin yang berhembus membangunkan bulu kudukku. Ku pegang kamera dan mulai mengambil gambar di suasana seperti villa tua. Saat ku berjalan turun tangga dan ingin menuju ke teras depan, mataku melihat ada bayangan hitam  yang berlari di dapur, aku penasaran dan menuju ke dapur dengan perlahan, ketika tiba di dapur yang cukup berdebu aku melihat sekeliling dan tidak ada orang atau apapun. Lalu aku pun melupakan hal itu dan langsung menuju teras. Aku membantu ibu dan ayah mengangkut barang-barang ke dalam rumah. Entah darimana orang tuaku bisa menyewa villa di pedalaman seperti ini.
          Setelah merapihkan semuanya ke dalam villa, aku dan adikku mandi dan berkeliling ke luar sekitar villa dengan kamera ditanganku. Seketika berjalan di tengah hamparan pohon teh, adikku berkata...
“ka, tadi pas aku mau keluar rumah aku lihat bayangan hitam lagi duduk di ruang tengah”, ucapnya.
“ha? Kamu lihat juga?”, tak yakinku.
“iya ka, kakak lihat?”, tanyanya balik.
“iya, kakak lihat itu bayangan di dapur tapi pas kakak lihat ke dapur ga ada apa-apa”, jelasku.
“jangan-jangan..............”, ucap aku dan adikku bersama saling menatap mata keduanya.
“aaaaaa..... aku takut ka, aku gamau ke villa itu lagi”, kata adikku.
“eh, jangan gitu lah. Nanti malem kamu bobo sama kakak ya”, ucapku.
“hmmm, iya ka”, jawab adikku dengan wajah takut.
          Di lain hal saat aku dan adikku jalan-jalan, Fares datang ke villa yang aku sewa, dia datang dengan keluarganya tanpa aku ketahui, Fares pun menginap juga disana tapi aku sama sekali tidak tahu. 
          Malam pun tiba, aku dan keluargaku makan malam ditaman depan villa dengan membakar ikan, ayam, sosis dan lain sebagainya. Tanganku terhenti saat sedang membalik sosis yang sedang aku bakar ketika melihat keluarganya Fares.
“loh, tante kapan dateng? Ko aku gatau sih?”, tanyaku sambil bersalaman dengan ibunya fares.
“iya, tadi tante dateng waktu kamu lagi jalan-jalan sama adikkamu”, jawabnya.
“terus Fares ikut tan?”, tanyaku dan berharap dia ikut untuk bisa bermain bersama.
“hmm, iya dong kan mau main sama kamu”, jawab tante sedikit php (*pemberi harapan palsu)
“terus Faresmya mana?”, tanyaku meyakinkan.
“ada ko, dikamar atas. Kamu panggil dia deh biar kita makan bareng-bareng”, suruh ibunya Fares.
“hmm, iya tante aku samperin Fares ya”. Jawabku.
          Aku pun berjalan ke dalam villa untuk menjemput Fares. Dengan suasana villa yang cukup gelap hanya dengan lampu-lampu yang redup mewarnai seluruh ruangan villa itu. Aku pun naik ke lantai atas dengan penuh harapan bayangan hitam tidak menunjukan dirinya. Dengan tanpa sadar aku sudah didepan sebuah pintu kamar, aku mengetuknya
 “tok..tok...”
Ternyata pintunya sedikit terbuka dan tidak terkunci. Aku panggil....
“Fares........ Fares........?”, sapaku di depan pintu.
Tetapi aku mulai merasa ada kejanggalan, tidak ada yang menjawab dari dalam kamar. Ku kira Fares masih marah sama aku makanya dia gamau bicara sedikit pun sama aku. Ku buka perlahan pintu itu sambil memanggil...
“Faaarr.............. aaaaaaaaaaa!”, kejutku.
Ternyata dikamar itu tidak ada Fares yang ada banyak bayangan hitam seisi ruangan itu. Aku kaget aku takut dan aku berteriak sekencang-kencangnya dan langsung berlagi menuruni tangga sambil berlari. Dan ku lihat dibelakangku banyak bayangan hitam mengejarku, aku terus berlari, berlari dan berteriak hingga aku sampai di teras depan dan langsung menuju taman dimana tempat keluargaku berkumpul. Semua orang yang ada ditaman melihat heran kepadaku.
“kenapa kamu sa?”, tanya mamaku.
“itu ma, banyak bayangan hitam mengejarku”, jelasku dengan jantung yang masih berdebar kencang.
“bayangan? Mungkin kamu salah lihat sa. Fares mana?”, ujar mamaku.
Semua orang yang ditaman  mendekatiku.
“ga ada Fares ma, yang ada hanya bayangan hitam di seisi kamar”, meyakinkan mama.
Dan kulihat Fares sedang berjalan dari samping villa.
“itu Fares”, kataku.
Semua orang tertuju kepada Fares. Dia pun bingung dan langsung bertanya,
“ada apaan nih?”
“heh, lo ye gue cari ke lantai atas sampe-sampe gue dikejar sama setan terus lo seenaknya jalan dari samping villa dengan sedamai mungkin terus tiba disini lo bilang ada apa. Heuh gondok tau ga!”, kesalku kuungkapkan semua.
“loh loh ngapain lo nyamperin gue? Ada lagi setan, masih ada apa 2012?”, ledeknya sambil tertawa.
“ kalo lo ga percaya ayo ikut gue”, ku tarik tangan Fares biar dia percaya.
          Aku masuk ke dalam villa, dengan rasa takut aku menaiki tangga dengan memegang tangan Fares dan kutunjukkan suatu kamar yang dimana berisi bayangan hitam.
“nih lo liat”, ucapku sambil membuka pintu kamar.
Dan ternyata disana tidak ada apa-apa yang ada hanya kasur tua dan lemari yang berdebu.
“mana? Katanya ada setan? Boong aja lo biar gue mau maafin elo”, kata Fares sambil menatapku di depan kamar.
Seketika itu tiba-tiba di belakang Fares seorang bayangan menangkap Fares. Aku terkejut dan langsung menarik kaki Fares.....
“aaaaaaaa, sa tolongin gue!!! Gue percaya apa kata lo! Lepasin gue!!!!”
“ gue berusaha pegang kaki lo res, tapi bayangannya dekap lo kenceng banget”, kataku.
“tolongiiiiiiiiiin gue saaaaaa!”, pintanya sambil nangis.
Dengan agak cepat bayangan itu membawa Fares ke suatu kamar lain yang isinya banyak banyangan hitam, seketika di depan pintu kamar tersebut, ideku mengatakan matikan sakelar. Aku pun bergegas mencari sakelar dan langsung ku matikan lampunya. Gelap semua dan bayangan itu hilang semua dan syukurnya Fares masih selamat dan dia langsung memelukku dan berkata,
“terima kasih ya sa, kalo ga ada kamu mungkin aku tertelan oleh mereka”, kata Fares.
“iya res, sekarang lebih baik kita turun dan nyamperin keluarga kita untuk pindah villa”, saranku.
Kami pun turun tangga dan tanpa disangka dilantai bawah sudah bersiap banyak bayangan hitam di dalam ruangan dan lampu masih menyala. Aku dan Fares ketakutan sambil mengatur strategi yaitu Fares sebagai pengalih perhatian dan aku yang akan mematikan sakelar.
“1...2.....3...... ayo turun”, aku dan Fares turun dan Fares langsung berlari keliling dalam rumah, lalu aku mencari sakelar. Dan ku temukan sakelar, saat ku ingin mematikan sakelar tiba-tiba kakiku ditarik dengan seorang bayangan hitan dibelakangku, aku berusaha memegang kaki meja sekuat mugkin dan menjangkau sakelar yang bersentuhan dengan ujung jariku. Kukuatkan tanganku memegang kaki meja dan sementara Fares hampir kelelahan berlari. Aku berusaha tatapan mataku tajam ke arah sakelar dengan bayangan hitam yang menarik-natik kakiku, dan akhirnyaaaaaa....
“ALHAMDULILLAAAAAAH........”, kata aku dan Fares secara bersamaan sewaktu lampu mati. Aku dan Fares pun bergegas keluar rumah dan langsung ke taman. Semua orang yang di taman langsung tertuju pada kami. Melihat kami dengan wajah pucat, berkeringat dingin.
“kamu kenapa lagi nak?”, tanya ibunya Fares.
“bu, sebaiknya kita pindah villa malam ini. Besok baru kita ambil barang-barang kita tapi minta ditemani oleh yang punya villa ini”, saran Fares.
“kenapa?”, ibu bertanya sambil melihat villa yang semua ruangan gelap.
Aku dan Fares pun menceritakan semuanya, dan mereka percaya.
          Esoknya kami mengunjungi pemilik villa itu dan menceritakan kejadian semalam, dan ternyata dia bilang pernah ada kejadian kebaran pada villa itu dan mewaskan berpuluh orang lalu villa itu di renovasi karena sayang tidak digunakan akhirnya disewakan untuk para pengunjung. Keluarga kami berdua pun menjadi percaya sekali dengan apa yang aku alami dengan Fares, dan kami menuju villa itu untuk berkemas dengan ditemani dua orang ustad dan pemilik villa itu.  Kami pun pulang dan aku semobil dengan Fares. Di sisi lain aku sangat senang karena Fares udah baik sama aku. Dan akhirnya kami berlibur bareng bersama lagi. Sungguh liburan yang tak terlupakan dengan Fares di sebuah villa berhantu.
(written by Anindya) :) 

1 komentar: