Rabu, 07 Juni 2017

KONSERVASI ARSITEKTUR WAJAH KOTA TUA YANG BERUBAH

KONSERVASI ARSITEKTUR
WAJAH KOTA TUA YANG BERUBAH







Nama: Siti Anindyamina Putri
NPM: 28313525
Kelas: 4TB05





Jurusan Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Jakarta
2017

PENDAHULUAN

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan paper yang berjudul Wajah Kota Tua yang Berubah. Paper ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Konservasi Arsitektur. 
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, diantaranya:
1.    Pembicara seminar mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki T. Purnama;
2.    Pembicara seminar Hiramsyah S. Thaib (Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Prioritas Pariwisata);
3.    Pembicara seminar Eddy Sambuaga (Managing Director Konsorsium Kota Tua Jakarta)
4.    Pembicara seminar Hendra Adidarma (Founder & Presiden Direktur PT Propan Raya)
5.    Dosen pembimbing Ibu Ir. Irina Mildawani, MT, Ph D
sehingga paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan paper ini. 
Semoga paper ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
                                                                                           
                                                                                                Jakarta, April 2017
                                                                                                           
                                                                                                             Penyusun



WAJAH KOTA TUA YANG BERUBAH

Revitalisasi Kota Tua Jakarta sudah lama menjadi perbincangan masyarakat namun belum juga dilaksanakan secara keseluruhan karena terdapat beberapa kendala. Hal ini sudah direncanakan tahun 2012 dan dicanangkan pada tahun 2014. Kawasan Kota Tua Jakarta dapat memberikan kontrubusi yang kuat untuk Jakarta sebagai asset sejarah dan tempat pariwisata.

Pada tanggal 16 April 2017 bertempat di Museum Seni Rupa dan Keramik diselenggarakan seminar diskusi 2017 dengan tema “Wajah Kota Tua yang Berubah”, dengan pembicara mantan Gubernur DKI Jakarta yaitu Bapak Basuki T. Purnama dan beberapa narasumber lainnya. Seminar tersebut mendatangkan banyak pengunjung hingga ruang yang disediakan tidak dapat menampung jumlah peserta seminar yang datang.

Dalam seminar tersebut memperbincangkan persoalan revitalisasi Kota Tua Jakarta yang dari dulu sudah direncanakan, namun dalam pelaksanaannya masih belum sempurna. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat beberapa kendala seperti terdapatnya sejumlah bangunan milik BUMN di kawasan kota tua Jakarta. Jumlah yang terhitung ada 17 bangunan milik BUMN yang dipegang PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero).


Pak Ahok mengaku sudah meminta percepatan revitalisasi, namun masih terkendala. Bahkan, kata dia, Pemprov DKI Jakarta pernah menyurati Susilo Bambang Yudhoyono yang ketika itu menjabat Presiden. Harapannya, Pemprov dapat mengeloloa gedung tersebut.


Dalam pelaksanaannya kini kawasan Kota Tua sudah mulai dirapikan dan gedung mulai dicat ulang.

"Secara prinsip, progres jauh lebih cepat daripada dulu. Kami harap enggak sampai 5 tahun ( revitalisasi Kota Tua) sudah selesai, saya enggak mau baru selesai 20-30 tahun," kata Ahok.

Dan salah satu tujuan yang diprioritaskan adalah menjernihkan aliran air Kali Besar Barat serta revitalisasi kawasan Luar Batang hingga Museum Bahari.

Seperti diketahui, Kemenpar terus ngebut untuk meningkatkan 10 destinasi wisata baru, atau biasa disebut 10 Bali Baru. Destinasi prioritas yang sudah ditetapkan Presiden Joko Widodo itu akan menjadi daya pikat baru sektor pariwisata Indonesia. "Kami bekejaran dengan waktu. Karena itu tim percepatan sebagai shadow management, tugas utamanya adalah memastikan  percepatan pengembangan 10 destinasi prioritas itu, termasuk di dalamnya Kota Tua Jakarta," ujar Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya




Kesimpulan

Revitalisasi Kawasan Kota Tua Jakarta sudah direncanakan dari tahun 2012 dan sekarang sudah mulai dilaksanakan namun belum sempurna, dan disamping itu pula sudah banyak sebagian masyarakat terutama di bidang arsitektur yang ikut serta dalam mengajukan ide desain untuk merevitalisasi kawasan tersebut. Salah satu alasannya karena kawasan kota tua adalah kawasan sejarah yang harus dijaga, sehingga menjadi sesuatu yang iconic dan dapat menjadi generator untuk Jakarta.





















Referensi



RUANG LINGKUP KONSERVASI LINGKUNGAN BESERTA CONTOHNYA

NAMA: SITI ANINDYAMINA PUTRI
NPM: 28313525
KELAS: 4TB05

KATEGORI OBYEK PELESTARIAN:
1.       Lingkungan Alami ( Natural Area)
·         Wisata Kawasan Hutan Bakau Angke Kapuk
Konservasi hutan bakau yang dijadikan kawasan wisata hutan bakau.


·         Cotopaxi National Park, Ecuador
Konservasi lingkungan alam yang asli












2.       Kota dan Desa (Town ad Village)
·         Kota Tua Jakarta Utara
Mengkonservasi bangunan tua di Jakarta kota bekas bangunan Batavia


·         Desa Kampung Naga, Tasikmalaya
Mengkonservasi bangunan arsitektur dan budaya asli suku sunda.





3.       Garis Cakrawala dan Koridor Pandang (Skylines and View Corridor)




4.       Kawasan (Districts)
·         Kawasan Setu Babakan, Jakarta selatan
Konservasi kawasan budaya betawi di Jakarta dengan dialih fungsi sebagai wisata adat betawi.


·         Kawasan Kota Tua Semarang
Mengkonservasi kawasan kota tua Semarang dari bangunan sampai suasana lingkungannya.



















5.       Wajah Jalan (Street-scapes)
·         Wajah Jalan Braga, Bandung
Mengkonservasi tampak wajah jalan pada zaman Batavia dan di pertahankan sampai sekarang.


·         Jalan Pedestrian way Graben Street in Vienna, Austria
Mengkonservasi tampak dan suasana bangunan serta lingkungan sepanjang jalan Vienna

















6.       Bangunan (Buildings)
·         Stasiun Jakarta Kota
Mengkonservasi struktur bangunan lama dan difungsikan menjadi stasiun kereta api sampai saat ini.


·         Bangunan Gedung Fatahillah
Mengkonservasi bangunan pemerintahan pada zaman dahulu dan difungsikan sebagai museum sampai saat ini dengan mempertahan fasade bangunan.


















7.       Benda dan Peninggalan (Object and Fragments)
·         Benteng Van Der Wijck, Kebumen Jawa Tengah
Mengkonservasi peninggalan benteng dan penjara pada zaman dahulu dan sekarang dibenahi serta dialihfungsikan menjadi museum wisata.


·         Benteng di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu
Mengkonservasi benteng peninggalan zaman sejarah.


Minggu, 14 Mei 2017

KONSERVASI ARSITEKTUR MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA

KONSERVASI ARSITEKTUR
MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA


Dosen: Ir. Irina Mildawani, MT, PhD
Kelas: 4TB05
Nama Kelompok:
Siti Anindyamina Putri (28313525)
Alfi Nur Rachmawati (20313645)
Bunga Siti Nur Aini (21313821)
Kanthi Asih Gusti (24313761)
Rica Chindyana Lestari (27313586)
Yohanna Devi Sharaswati (29313487)

Jurusan Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Jakarta
2017
PENDAHULUAN

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan paper yang berjudul Konservasi Arsitektur Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta. Paper ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Konservasi Arsitektur. 
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, diantaranya:
Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta;
Dosen pembimbing Ibu Ir. Irina Mildawani, MT, Ph D
sehingga paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan paper ini. 
Semoga paper ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
                                                                                           
Depok, April 2017
                                                                                             
 Penyusun




MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA
LOKASI MUSEUM SENI RUPA & KERAMIK
Museum Seni Rupa dan Keramik terletak di Jalan Pos Kota No 2, Kotamadya Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Museum yang tepatnya berada di seberang Museum Sejarah Jakarta itu memajang keramik lokal dari berbagai daerah di Tanah Air, dari era Kerajaan Majapahit abad ke-14, dan dari berbagai negara di dunia. Museum Seni Rupa & Keramik ini terletak di Kawasan Kota tua Jakarta dan dapat di tempuh dengan menggunakan kereta Commuter Line turun di stasiun Kota atau TransJakarta turun di halte Kota.

SEJARAH MUSEUM SENI RUPA & KERAMIK
Gedung yang diresmikan pada 12 Januari 1870 itu awalnya digunakan oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia (Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia). Saat pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan sekitar tahun 1944, tempat itu dimanfaatkan oleh tentara KNIL dan selanjutnya untuk asrama militer TNI.
Pada 10 Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan itu dijadikan bangunan bersejarah serta cagar budaya yang dilindungi. Tahun 1967-1973, gedung tersebut digunakan untuk Kantor Walikota Jakarta Barat. Dan tahun 1976 diresmikan oleh Presiden (saat itu) Soeharto sebagai Balai Seni Rupa Jakarta.
Pada 1990 bangunan itu akhirnya digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik yang dirawat oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta.
Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik memiliki luas bangunan ±2430 m dan dibangun diatas tanah seluas ±8875 m, gedung ini memiliki gaya arsitektur Eropa Empire. gaya atau style arsitektur ini diciptakan atau dirancang Kaisar Napoleon yang memadu gaya arsitektur Romawi dan Yunani kuno. Gaya bangunan seperti ini lebih dikenal dengan gaya Neo-Classic. Ciri khas gaya arsitektur ini pada umumnya pada bagia atas depan berbentuk segi tiga atau menggambarkan Crown atau Mahkota Raja, sedang bagian teras depan terdapat pilar atau Doric (doria), berjumlah 14 tiang.

(Sumber: Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het gebouw van de Raad van Justitie aan het Stadhuisplein Batavia TMnr 60016063.jpg)

DEFINISI KONSERVASI
Suatu upaya yang dapat menghdupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar, termasuk upaya konservasi bangunan kuno dan bersejarah serta peningkatan nilai-nilai estetis dan historis dari bangunan bersejarah dengan tujuan untuk menark kembali minat masyarakat untuk mengunjungi kawasan atau bangunan tersebut sebagai bukti sejarah dan peradaban dari masa ke masa. Upaya konservasi bangunan bersejarah sangatlah pentng, untuk menjaga nilai sejarah dari bangunan tersebut dan dijadikan bahan pengajaran untuk generasi mendatang.
Restorasi (dalam konteks yang lebih luas) ialah kegiatan mengembalikan bentukan fisik suatu tempat kepada kondisi sebelumnya dengan menghilangkan tambahan-tambahan atau merakit kembali komponens eksisting tnap menggunakan material baru.
Restorasi (dalam konteks terbatas) iala kegiatan pemugaran untuk mengembalikan bangunan dan lingkungan cagar budaya semirip mungkin ke bentuk asalnya berdasarkan data pendukung tentang bentuk arsitektur dan struktur pada keadaan asal tersebut dan agar persyaratan teknis bangunan terpenuhi. (Ref.UNESCO.PP. 36/2005).

PERAN PEMERINTAH DAN ARSITEK DALAM MENANGANI KONSERVASI
Meski jumahnya cukup banyak, akan tetapi museum-museum di Jakarta masih dianggap berjarak dengan masyarakat. Tidak hanya karena bangunannya yang tak terawat, tapi juga disebabkan oleh berbagai faktor dari mulai kurangnya daya tarik koleksi hingga program yang ditawarkan.
Beranjak dari berbagai pandangan tersebut, Yayasan Mitra Museum Jakarta (YMMJ) lalu mengusulkan akan perlunya restorasi museum. Bersama Pemerintah Daerah DKI Jakarta, mereka lalu memutuskan untuk mengawalinya dengan merestorasi Museum Seni Rupa dan Keramik yang berada di Kota Tua.
“Museum-museum sejarah di Jakarta sebenarnya bagus, hanya saja masih berjarak dengan masyarakat dan tidak begitu terperhatikan,” ujar Veronica Tan, selaku salah satu anggota YMMJ dan penggagas program restorasi saat ditemui di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta, pada Rabu (12/10).
Hingga saat ini, Pemda DKI Jakarta tercatat memiliki 10 museum, di mana tiga di antaranya berada di area Kota Tua, yakni Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Sejarah, dan Museum Wayang. Istri Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama itu melihat museum tersebut sebagai aset yang seharusnya diolah dan dimanfaatkan sebaik mungkin.
“Restorasi diperlukan, dan ini butuh peran semua pihak, termasuk profesional dan masyarakat,” ungkap Veronica yang juga menjabat sebagai Ketua Dekranasda.

Proyek percontohan 
Secara terpisah, Cosmas Gozali, arsitek sekaligus anggota YMMJ, menuturkan, restorasi Museum Seni Rupa dan Keramik akan menjadi proyek percontohan yang mungkin akan diterapkan pada museum lainnya di masa mendatang.
Restorasi tersebut meliputi upaya konservasi dan renovasi museum. Ini dilakukan untuk melestarikan dan mengembalikan kondisi fisik museum ke bentuk dan tampilan yang seharusnya. Selain itu, restorasi juga dilakukan demi menambah dan menyesuaikan fungsi interior bangunan agar sesuai dengan standar internasional.
"Pemda DKI punya banyak bangunan warisan bersejarah yang sangat berharga, tapi seringkali bangunan di sini terlantar,” ungkapnya.
Oleh karenanya, kata dia, lewat restorasi, ada tim yang akan melakukan konservasi dan membuat bangunan itu punya standar internasional.
“Restorasi perlu dilakukan untuk menjadikan museum sebagai bangunan yang tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga menjadi bangunan yang menjawab kebutuhan dan berguna bagi masyarakat luas,” ujar Cosmas.
Selain menawarkan unsur pendidikan, museum mestinya juga dapat menjadi tempat hiburan dan rekreasi. Sehingga tidak hanya mendapatkan pengetahuan, mereka yang datang berkunjung ke sana  juga memperoleh pengalaman menikmati seni dan budaya.
Jika selama ini museum berjarak dengan masyarakat, maka mestinya ada upaya membuatnya menjadi lebih ramah dan mudah diakses.
“Kami berencana membuka bangunan ini buat publik luas, dan membuat taman sehingga lebih menarik masyarakat untuk datang,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Cosmas pun berencana untuk mengembalikan taman tanpa pagar ke arah Taman Fatahilah seperti kondisi awal museum, supaya mudah diakses publik.
Upaya itu diikuti dengan penambahan amphitheater terbuka untuk menghidupkan aktivitas sosial dan budaya pada bangunan museum, yang akan memberikan nilai tambah bagi museum dan publik secara luas.
BANGUNAN MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK
Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik dengan luas bangunan ±2430m² dan dibangun diatas tanah seluas + 8875 m². Museum ini memiliki gaya arsitektur Eropa Empire. Ciri khas gaya arsitektur ini pada umumnya bagian atas depan berbentuk segitiga yang menggambarkan Crown atau Mahkota Raja, sedang bagian teras depan ditopang tiang pilar atau Doric (doria). Tiang-tiang pilar seperti ini juga dijumpai pada bangunan dari jaman Mesir Kuno sebagai simbol atau penggambaran dari pasukan tentara yang mendukung kekuatan dan kokohnya kerajaan. Gedung museum Seni Rupa dan Keramik dirancang oleh Jhr. W H.F.H. Raders. Berikut gaya arsitektur Eropa yang diaplikasikan pada bangunan Museum Seni Rupa dan Keramik.
No. Keterangan Gambar
Sayap Bangunan
Adanya sayap bangunan dan pintu masuk yang memberi kesan simetris merupakan ciri-ciri arsitektur Rokoko
Atap segitiga / pediment Pediment merupakan lambang mahkota raja
Pilar Raksasa / Doric Doric merupakan lambang kekuatan dan kokohnya kerajaan
Jendela, Terdapat 2 ukuran jendela. Jendela besar berukuran 2 x 3,6 m dan jendela kecil (berada di atas jendela besar) berukuran 2 x 1,2 m.
Pintu, Ukuran pintu 2×3 m. Pintu menggunakan ukuran 1:2 atau 1:3. Ukuran pintu besar diletakkan di pintu masuk sedangkan pintu yang lebih kecil di letakkan di ruang-ruang yang lebih private.
Ornamen berupa susunan barisan papan tegak (balustrade)

Fasade Bangunan Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta

Gambar 4.1. Museum Seni Rupa dan Keramik
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015

Fasad adalah bagian depan atau muka suatu bangunan. Karena fasad adalah bagian pertama yang dilihat seseorang dari suatu bangunan. Museum Seni Rupa dan Keramik merupakan bangunan bergaya Indishe Empire Stijl dan menerapkan langgam Neo Klasik.
Elemen-elemen yang terdapat pada fasade bangunan Museum Seni Rupa dan Keramik, yaitu :
a.      Atap

Pediment merupakan bagian berbentuk segitiga pada muka bangunan yang menopang atap.

b.    Kolom

Kolom yang berasal dari material beton yang diaplikasikan dengan cat berwarna putih. Jumlah kolom pada bangunan tersebut sebanyak 14 buah dengan ketinggian masing-masing kolom 6 meter. Jenis kolom yang digunakan bangunan tersebut yaitu kolom doric yang merupakan kolom yang tidak memiliki hiasan pada capitalnya. Kolom doric mempunyai yang paling masif / berat, badan kolom langsung diletakkan di atas dasar (pediment), architrave ada yang kosong ada yang berukir barisan segitiga, dan frieze juga didekorasi dengan ukiran-ukiran.

c.      Pintu

Pintu menggunakan material kayu yang diaplikasikan dengan cat berwarna hijau tua dengan ketinggian pintu 2 x 3 meter.

d.     Jendela

Jendela yang menggunakan material kayu yang diaplikasikan dengan cat berwarna hijau tua sama dengan warna pintu. Ukuran jendela yang besar yaitu 2 x 3,6 meter , sedangkan jendela yang kecil berukuran 2 x 1,2 meter.

e.     Ornamen  

Terdapat ornamen pada pembatas kepala dan badan bangunan yang disebut dengan balustrade. Balustrade merupakan susunan barisan papan tegak. Pada bagian tengah memiliki ornamen sebanyak 15 buah, sedangkan pada bagian kanan dan kiri bangunan memiliki masing-masing ornamen sebanyak 24 buah.



Bangunan Museum Seni Rupa dan Keramik Masa Kini
Arsitektur Bangunan "LAYOUT RUANGAN"
Museum Seni Rupa & Keramik Jakarta, memiliki layout ruangan dengan keterangan ruangnya adalah sebagai berikut :  








BAGIAN KIRI BANGUNAN MUSEUM SENI RUPA & KERAMIK










BAGIAN KANAN BANGUNAN MUSEUM SENI RUPA & KERAMIK











BAGIAN TENGAH BANGUNAN MUSEUM SENI RUPA & KERAMIK










FASILITAS MUSEUM SENI RUPA & KERAMIK

Keadaan Bangunan Saat Ini

Bagian depan Museum Seni Rupa & Keramik

Ruangan pertama museum yang berisi sejarah-sejarah mengenai museum

Ruangan yang terdapat karya-karya seni berupa keramik

Ruangan bagian atas museum yang terdapat lukisan-lukisan

Lorong yang terdapat lukisan-lukisan dan beberapa keramik

Landscape di bagian dalam museum
RENCANA KONSERVASI BANGUNAN MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK














\










KESIMPULAN

Konservasi arsitektur saat ini cukup banyak diterapkan pada bangunan dan kawasan di Indonesia. Salah satunya adalah Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta.
Konservasi yang terjadi pada bangunan Museum Seni Rupa dan Kemarik adalah Restorasi. Restorasi tersebut meliputi upaya konservasi dan renovasi museum. Ini dilakukan untuk melestarikan dan mengembalikan kondisi fisik museum ke bentuk dan tampilan yang seharusnya. Selain itu, restorasi juga dilakukan demi menambah dan menyesuaikan fungsi interior bangunan agar sesuai dengan standar internasional.
Restorasi perlu dilakukan untuk menjadikan museum sebagai bangunan yang tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga menjadi bangunan yang menjawab kebutuhan dan berguna bagi masyarakat luas.
Oleh karena itu, konservasi arsitektur dapat memperbaiki lingkungan sekitarnya.











DAFTAR PUSTAKA
sumber
https://www.academia.edu/6837942/KONSERVASI_BANGUNAN_TUA-BERSEJARAH
http://museumsenirupa.com/

Kamis, 09 Juni 2016

NARASI PEMBUATAN FILM KLA CHEONGGYECHEON STREAM KOREA SELATAN

SCRIPT CHEONGGYECHEON STREAM
Korea selatan, Korea selatan merupakan sebuah negara di Asia Timur yang meliputi bagian selatan semenanjung korea. Korea Selatan secara resmi dimulai ketika pembentukan negara Korea Selatan pada 15 Agustus 1948, meskipun Syngman Rhee (presiden pertama korea selatan) telah mendeklarasikan pembentukannya di Seoul pada 13 Agustus. Luas negara ini adalah 99.275 km2 dengan kota Seoul sebagai ibukotanya. Sejarah arsitektur di Korea terbagi menjadi sembilan masa, dari setiap masa memiliki perbedaan mulai dari bentuk bangunan, fungsi bangunan sampai penggunaan material bangunannnya. Berbicara tentang iklim, korea selatan memiliki 4 musim yaitu diantaranya musim semi pada bulan maret-mei, musim panas pada bulan juni-agustus, musim gugur pada bulan september-november dan musim dingin pada bulan desember-februari.

Beberapa tahun belakangan ini, korea selatan menjadi salah satu destinasi yang banyak diminati oleh para turis asing, hal tersebut dikarenakan korea selatan  memiliki eksistensi dalam bidang musik dan fashion, tak hanya itu alasan lainnya karena pariwisata yang menarik untuk dikunjunngi. Sekilas berbicara tentang pariwisata di korea selatan, disana terdapat destinasi yang menarik yaitu Cheonggyecheon stream. Menarik dalam segi arsitektural dan menarik dalam segi sejarah nya. Mungkin banyak yang belum mengetahui, APA SIH CHEONGGYECHEON STREAM ITUU???....

Cheonggyecheon atau cheonggye stream merupakan aliran sungai sepanjang 8.4 km yang mengalir dari barat ke timur melalui pusat kota seoul. Cheonggyecheon stream merupakan sungai buatan sebagai bagian yang penting dalam sejarah kota Seoul. Aliran Cheonggyecheon  berawal dari wilayah lereng gunung Inwangsan dan Bugaksan bagian selatan dan dari bagian utara  Gunung Namsan menuju ke arah timur melintasi Seoul dan bermuara di Sungai Hangang. Di masa lalu, Cheonggyecheon mempunyai arti penting bagi Seoul dalam aspek geografi, politik, sosial dan budaya. Pada masa dinasti Joseon, wilayah sebelah utara stream ini merupakan wilayah tempat tinggal bagi kaum bangsawan dan kantor pemerintahan dan wilayah sebelah selatan diperuntukkan bagi rakyat biasa dan para cendekiawan dengan status ekonomi kelas bawah. Kawasan di pinggiran Cheonggyecheon dijadikan tempat tinggal bagi rakyat biasa. Mereka membangun tempat tinggal di pinggiran sepanjang Cheonggyecheon hingga kelamaan menjadi permukiman dengan kepadatan tinggi. Aktifitas mandi, mencuci dan membuang sampah di Cheonggyecheon stream merupakan bagian dari kehidupan penduduk yang tinggal di sepanjang aliran ini. Selain itu terdapat beberapa jembatan yang dibangun melintasi Cheonggyecheon dan para pedagang biasanya beraktifitas di seputar jembatan-jembatan tersebut.

Di masa itu, fungsi utama Cheonggyecheon  sebagai tempat pembuangan sampah dan kotoran yang akan dibawa mengalir menuju sungai Hangang. Permukiman yang padat dan kumuh ditambah di Cheonggyecheon yang kotor, memerlukan penanganan terhadap kemungkinan adanya banjir. Hal biasa yang dilakukan adalah melakukan pengerukan sedimen dasar Cheonggyecheon  dan ini dilakukan dalam masa cukup lama walau disadari bahwa penanganan seperti ini tidaklah cukup untuk menangani permasalahan yang ada. Sepanjang itu pula Cheonggyecheon tampil sebagai bagian kota yang kotor, kumuh dengan kualitas lingkungan yang sangat buruk.

Hingga pada tahun 1978, pemerintah setempat membuat kebijakan yang dipandang sebagai solusi terbaik untuk permasalahan Cheonggyecheon adalah “filling” yaitu membangun jembatan layang (Cheonggye Overpass) di atas Cheonggyecheon sehingga tidak tampak dari pandangan. Selain itu kebijakan ini dipandang tepat untuk mengatasi peningkatan arus lalu lintas dan juga sebagai simbol modernisasi Korea. Selama 25 tahun, Cheonggyecheon seolah menghilang dari bagian kehidupan Seoul, tertutup oleh dua lapis jalan kokoh yang dibangun diatasnya, namun kenyataannya air masih tetap mengalir sepanjang Cheonggyecheon  menuju Sungai Hangang walau tidak terlihat
Tahun 2003, dibawah naungan walikota Seoul Lee Myung-Bak. pemerintah setempat memulai Cheonggyecheon Restoration Project, suatu proyek yang bertujuan mengembalikan Cheonggyecheon sebagai bagian dari sejarah kehidupan dan budaya Seoul dengan melibatkan semua stakeholder dan masyarakat yang berhubungan langsung dengan lokasi tersebut seperti masyarakat yang tinggal dan mencari nafkah di pinggiran sungai. Proyek ini juga bertujuan untuk mewujudkan Seoul sebagai kota ramah lingkungan dengan menselaraskan alam dan manusia, menciptakan keseimbangan pembangunan di wilayah utara dan selatan Hangang River dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas budaya dan ekonomi kehidupan masyarakat Seoul. Cheonggye overpass yang menutupi Cheonggyecheon stream dirubuhkan dan sepanjang aliran dibersihkan ditata dengan design yang menarik. Penyelesaian proyek ini memerlukan waktu dua tahun tiga bulan dimulai bulan Juli 2003 sampai bulan Oktober 2005. Proyek ini ditangani oleh SeoAhn Total Landscape, dengan total budget 380 million USD.

Dari sisi arsitektur, Cheonggyecheon stream menggunakan system recycled wastewater, dengan keberadaan sungai ini di tengah kota, sungai ini dapat mereduksi panas dan polusi udara. Selain itu penataan landscape di sungai ini sangat direncanakan. Karena air sungai yang bersih, maka meningkatkan jumlah keanekaragaman hayati. Selain itu banyaknya elemen-elemen arsitektur landscape yang digunakan serta hijaunya pinggiran sungai dengan dihadirkannya vegetasi-vegetasi yang mendukung membuat suasana menjadi lebih sejuk. Stepping blok pada sungai digunakan untuk mengurangi derasnya aliran sungai. Dibangunnya 22 jembatan dengan tema berbeda diatas aliran Cheonggye stream yang berdasarkan kepercayaan orang korea bahwa berjalan melintasi 12 jembatan pada saat bulan purnama pertama akan menjauhkan seseorang dari penyakit dan kesialan sepanjang tahun. Kebiasaan masyarakat ini berdasarkan sebuah kisah cinta Yi An-nul, yang merupakan seorang penyair pada masa pemerintahan Raja Seonj. Dinding-dinding sungai yang dibuat sebagai media untuk seni lukis. Pada lantai pedestrian sungai menggunakan bebatuan seperti andesit, con-block sampai beton. Selain itu juga disediakannya tempat duduk di pinggiran sungai mengundang siapa saja untuk singgah dan menikmati suasana sungai. Terdapatnya spot untuk melempar koin ke dalam sungai dengan mitos harapannya akan terkabul. Uniknya lagi, disini disediakannya bebatuan yang menyerupai tempat untuk mencuci baju, hal ini dimaksudkan untuk mengajak pengunjung untuk mengetahui dan mengingat sejarah sungai yang digunakan untuk kebutuhan masyarakat. Serta penambahan ruang pendukung seperti museum-museum dan galeri fotografi.

Pada bagian atas sungai Cheonggyecheon terdapat bangunan-bangunan tinggi dan pusat perbelanjaan, keadaan ini sangat berbeda dengan 624 tahun yang lalu. Pada bagian pedestrian diatas sungai sangat tertata dan nyaman digunakan dengan fasilitas yang memadai seperti disediakannya zebra cross, peta informasi, dan penataan vegetasinya. Yang memuat lingkungan sungai ini bersih karena disediakannya tempat sampah yang mencukupi. Disediakannya tempat parkir sehingga tidak mengakibatkan kemacetan. Dan disediakan pula tempat untuk berniaga.

Sepanjang Cheonggyecheon stream terdapat 14 titik yang menarik. Pertama, Cheonggye Plaza sebagai starting point Cheonggyecheon stream. Kemudian diikuti Gwangtonggyo Bridge, Banchado-Painting of King Jeongjo’s Royal Procession, Supyogyo Site, Ongnyucheon Pond, Fashion Plaza, Ogansumun Site (Floodgate), Cheonggyecheon Historical Laundry Site, Rhythm Wall Fountain, Wall of Hope, Tunnel Fountain, Jonchigyogak (remaining of the old Cheonggye overpass), Cheonggyecheon Museum dan terakhir Willow Swamp. Selain itu, di Cheonggyecheon stream juga sering diadakan festival-festival pada bulan-bulan tertentu seperti Wishing Lantern, Lantern Making Contest, Flying Lantern, dan New Year Wishing Paper.

Dengan dilakukannya restorasi pada sungai Cheonggyecheon membuat sungai ini menjadi hidup kembali dan menjadi generator bagi kota Seoul, selain itu dapat meningkatkan ekonomi negara dalam bidang pariwisata serta menyediakan ruang yang nyaman bagi pengunjung dan penduduk Korea selatan.


Demikian sekilas tentang restorasi pada Cheonggyecheon stream, bagaimana arsitektur dapat bekerja dan mempengaruhi suatu Negara dan orang-orang didalamnya. 

Cheonggye Plaza
Patung keong di Cheonggye Plaza


Mojeonggyo Bridge

Gwanggyo Bridge
Jembatan layang diatas Cheonggyecheon Stream

Stepping block, juga berfungsi untuk menurunkan laju alir air


Wall of Hope

Sumber: