Minggu, 14 Mei 2017

KONSERVASI ARSITEKTUR MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA

KONSERVASI ARSITEKTUR
MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA


Dosen: Ir. Irina Mildawani, MT, PhD
Kelas: 4TB05
Nama Kelompok:
Siti Anindyamina Putri (28313525)
Alfi Nur Rachmawati (20313645)
Bunga Siti Nur Aini (21313821)
Kanthi Asih Gusti (24313761)
Rica Chindyana Lestari (27313586)
Yohanna Devi Sharaswati (29313487)

Jurusan Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Jakarta
2017
PENDAHULUAN

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan paper yang berjudul Konservasi Arsitektur Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta. Paper ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Konservasi Arsitektur. 
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, diantaranya:
Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta;
Dosen pembimbing Ibu Ir. Irina Mildawani, MT, Ph D
sehingga paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan paper ini. 
Semoga paper ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
                                                                                           
Depok, April 2017
                                                                                             
 Penyusun




MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA
LOKASI MUSEUM SENI RUPA & KERAMIK
Museum Seni Rupa dan Keramik terletak di Jalan Pos Kota No 2, Kotamadya Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Museum yang tepatnya berada di seberang Museum Sejarah Jakarta itu memajang keramik lokal dari berbagai daerah di Tanah Air, dari era Kerajaan Majapahit abad ke-14, dan dari berbagai negara di dunia. Museum Seni Rupa & Keramik ini terletak di Kawasan Kota tua Jakarta dan dapat di tempuh dengan menggunakan kereta Commuter Line turun di stasiun Kota atau TransJakarta turun di halte Kota.

SEJARAH MUSEUM SENI RUPA & KERAMIK
Gedung yang diresmikan pada 12 Januari 1870 itu awalnya digunakan oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia (Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia). Saat pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan sekitar tahun 1944, tempat itu dimanfaatkan oleh tentara KNIL dan selanjutnya untuk asrama militer TNI.
Pada 10 Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan itu dijadikan bangunan bersejarah serta cagar budaya yang dilindungi. Tahun 1967-1973, gedung tersebut digunakan untuk Kantor Walikota Jakarta Barat. Dan tahun 1976 diresmikan oleh Presiden (saat itu) Soeharto sebagai Balai Seni Rupa Jakarta.
Pada 1990 bangunan itu akhirnya digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik yang dirawat oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta.
Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik memiliki luas bangunan ±2430 m dan dibangun diatas tanah seluas ±8875 m, gedung ini memiliki gaya arsitektur Eropa Empire. gaya atau style arsitektur ini diciptakan atau dirancang Kaisar Napoleon yang memadu gaya arsitektur Romawi dan Yunani kuno. Gaya bangunan seperti ini lebih dikenal dengan gaya Neo-Classic. Ciri khas gaya arsitektur ini pada umumnya pada bagia atas depan berbentuk segi tiga atau menggambarkan Crown atau Mahkota Raja, sedang bagian teras depan terdapat pilar atau Doric (doria), berjumlah 14 tiang.

(Sumber: Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het gebouw van de Raad van Justitie aan het Stadhuisplein Batavia TMnr 60016063.jpg)

DEFINISI KONSERVASI
Suatu upaya yang dapat menghdupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar, termasuk upaya konservasi bangunan kuno dan bersejarah serta peningkatan nilai-nilai estetis dan historis dari bangunan bersejarah dengan tujuan untuk menark kembali minat masyarakat untuk mengunjungi kawasan atau bangunan tersebut sebagai bukti sejarah dan peradaban dari masa ke masa. Upaya konservasi bangunan bersejarah sangatlah pentng, untuk menjaga nilai sejarah dari bangunan tersebut dan dijadikan bahan pengajaran untuk generasi mendatang.
Restorasi (dalam konteks yang lebih luas) ialah kegiatan mengembalikan bentukan fisik suatu tempat kepada kondisi sebelumnya dengan menghilangkan tambahan-tambahan atau merakit kembali komponens eksisting tnap menggunakan material baru.
Restorasi (dalam konteks terbatas) iala kegiatan pemugaran untuk mengembalikan bangunan dan lingkungan cagar budaya semirip mungkin ke bentuk asalnya berdasarkan data pendukung tentang bentuk arsitektur dan struktur pada keadaan asal tersebut dan agar persyaratan teknis bangunan terpenuhi. (Ref.UNESCO.PP. 36/2005).

PERAN PEMERINTAH DAN ARSITEK DALAM MENANGANI KONSERVASI
Meski jumahnya cukup banyak, akan tetapi museum-museum di Jakarta masih dianggap berjarak dengan masyarakat. Tidak hanya karena bangunannya yang tak terawat, tapi juga disebabkan oleh berbagai faktor dari mulai kurangnya daya tarik koleksi hingga program yang ditawarkan.
Beranjak dari berbagai pandangan tersebut, Yayasan Mitra Museum Jakarta (YMMJ) lalu mengusulkan akan perlunya restorasi museum. Bersama Pemerintah Daerah DKI Jakarta, mereka lalu memutuskan untuk mengawalinya dengan merestorasi Museum Seni Rupa dan Keramik yang berada di Kota Tua.
“Museum-museum sejarah di Jakarta sebenarnya bagus, hanya saja masih berjarak dengan masyarakat dan tidak begitu terperhatikan,” ujar Veronica Tan, selaku salah satu anggota YMMJ dan penggagas program restorasi saat ditemui di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta, pada Rabu (12/10).
Hingga saat ini, Pemda DKI Jakarta tercatat memiliki 10 museum, di mana tiga di antaranya berada di area Kota Tua, yakni Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Sejarah, dan Museum Wayang. Istri Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama itu melihat museum tersebut sebagai aset yang seharusnya diolah dan dimanfaatkan sebaik mungkin.
“Restorasi diperlukan, dan ini butuh peran semua pihak, termasuk profesional dan masyarakat,” ungkap Veronica yang juga menjabat sebagai Ketua Dekranasda.

Proyek percontohan 
Secara terpisah, Cosmas Gozali, arsitek sekaligus anggota YMMJ, menuturkan, restorasi Museum Seni Rupa dan Keramik akan menjadi proyek percontohan yang mungkin akan diterapkan pada museum lainnya di masa mendatang.
Restorasi tersebut meliputi upaya konservasi dan renovasi museum. Ini dilakukan untuk melestarikan dan mengembalikan kondisi fisik museum ke bentuk dan tampilan yang seharusnya. Selain itu, restorasi juga dilakukan demi menambah dan menyesuaikan fungsi interior bangunan agar sesuai dengan standar internasional.
"Pemda DKI punya banyak bangunan warisan bersejarah yang sangat berharga, tapi seringkali bangunan di sini terlantar,” ungkapnya.
Oleh karenanya, kata dia, lewat restorasi, ada tim yang akan melakukan konservasi dan membuat bangunan itu punya standar internasional.
“Restorasi perlu dilakukan untuk menjadikan museum sebagai bangunan yang tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga menjadi bangunan yang menjawab kebutuhan dan berguna bagi masyarakat luas,” ujar Cosmas.
Selain menawarkan unsur pendidikan, museum mestinya juga dapat menjadi tempat hiburan dan rekreasi. Sehingga tidak hanya mendapatkan pengetahuan, mereka yang datang berkunjung ke sana  juga memperoleh pengalaman menikmati seni dan budaya.
Jika selama ini museum berjarak dengan masyarakat, maka mestinya ada upaya membuatnya menjadi lebih ramah dan mudah diakses.
“Kami berencana membuka bangunan ini buat publik luas, dan membuat taman sehingga lebih menarik masyarakat untuk datang,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Cosmas pun berencana untuk mengembalikan taman tanpa pagar ke arah Taman Fatahilah seperti kondisi awal museum, supaya mudah diakses publik.
Upaya itu diikuti dengan penambahan amphitheater terbuka untuk menghidupkan aktivitas sosial dan budaya pada bangunan museum, yang akan memberikan nilai tambah bagi museum dan publik secara luas.
BANGUNAN MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK
Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik dengan luas bangunan ±2430m² dan dibangun diatas tanah seluas + 8875 m². Museum ini memiliki gaya arsitektur Eropa Empire. Ciri khas gaya arsitektur ini pada umumnya bagian atas depan berbentuk segitiga yang menggambarkan Crown atau Mahkota Raja, sedang bagian teras depan ditopang tiang pilar atau Doric (doria). Tiang-tiang pilar seperti ini juga dijumpai pada bangunan dari jaman Mesir Kuno sebagai simbol atau penggambaran dari pasukan tentara yang mendukung kekuatan dan kokohnya kerajaan. Gedung museum Seni Rupa dan Keramik dirancang oleh Jhr. W H.F.H. Raders. Berikut gaya arsitektur Eropa yang diaplikasikan pada bangunan Museum Seni Rupa dan Keramik.
No. Keterangan Gambar
Sayap Bangunan
Adanya sayap bangunan dan pintu masuk yang memberi kesan simetris merupakan ciri-ciri arsitektur Rokoko
Atap segitiga / pediment Pediment merupakan lambang mahkota raja
Pilar Raksasa / Doric Doric merupakan lambang kekuatan dan kokohnya kerajaan
Jendela, Terdapat 2 ukuran jendela. Jendela besar berukuran 2 x 3,6 m dan jendela kecil (berada di atas jendela besar) berukuran 2 x 1,2 m.
Pintu, Ukuran pintu 2×3 m. Pintu menggunakan ukuran 1:2 atau 1:3. Ukuran pintu besar diletakkan di pintu masuk sedangkan pintu yang lebih kecil di letakkan di ruang-ruang yang lebih private.
Ornamen berupa susunan barisan papan tegak (balustrade)

Fasade Bangunan Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta

Gambar 4.1. Museum Seni Rupa dan Keramik
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015

Fasad adalah bagian depan atau muka suatu bangunan. Karena fasad adalah bagian pertama yang dilihat seseorang dari suatu bangunan. Museum Seni Rupa dan Keramik merupakan bangunan bergaya Indishe Empire Stijl dan menerapkan langgam Neo Klasik.
Elemen-elemen yang terdapat pada fasade bangunan Museum Seni Rupa dan Keramik, yaitu :
a.      Atap

Pediment merupakan bagian berbentuk segitiga pada muka bangunan yang menopang atap.

b.    Kolom

Kolom yang berasal dari material beton yang diaplikasikan dengan cat berwarna putih. Jumlah kolom pada bangunan tersebut sebanyak 14 buah dengan ketinggian masing-masing kolom 6 meter. Jenis kolom yang digunakan bangunan tersebut yaitu kolom doric yang merupakan kolom yang tidak memiliki hiasan pada capitalnya. Kolom doric mempunyai yang paling masif / berat, badan kolom langsung diletakkan di atas dasar (pediment), architrave ada yang kosong ada yang berukir barisan segitiga, dan frieze juga didekorasi dengan ukiran-ukiran.

c.      Pintu

Pintu menggunakan material kayu yang diaplikasikan dengan cat berwarna hijau tua dengan ketinggian pintu 2 x 3 meter.

d.     Jendela

Jendela yang menggunakan material kayu yang diaplikasikan dengan cat berwarna hijau tua sama dengan warna pintu. Ukuran jendela yang besar yaitu 2 x 3,6 meter , sedangkan jendela yang kecil berukuran 2 x 1,2 meter.

e.     Ornamen  

Terdapat ornamen pada pembatas kepala dan badan bangunan yang disebut dengan balustrade. Balustrade merupakan susunan barisan papan tegak. Pada bagian tengah memiliki ornamen sebanyak 15 buah, sedangkan pada bagian kanan dan kiri bangunan memiliki masing-masing ornamen sebanyak 24 buah.



Bangunan Museum Seni Rupa dan Keramik Masa Kini
Arsitektur Bangunan "LAYOUT RUANGAN"
Museum Seni Rupa & Keramik Jakarta, memiliki layout ruangan dengan keterangan ruangnya adalah sebagai berikut :  








BAGIAN KIRI BANGUNAN MUSEUM SENI RUPA & KERAMIK










BAGIAN KANAN BANGUNAN MUSEUM SENI RUPA & KERAMIK











BAGIAN TENGAH BANGUNAN MUSEUM SENI RUPA & KERAMIK










FASILITAS MUSEUM SENI RUPA & KERAMIK

Keadaan Bangunan Saat Ini

Bagian depan Museum Seni Rupa & Keramik

Ruangan pertama museum yang berisi sejarah-sejarah mengenai museum

Ruangan yang terdapat karya-karya seni berupa keramik

Ruangan bagian atas museum yang terdapat lukisan-lukisan

Lorong yang terdapat lukisan-lukisan dan beberapa keramik

Landscape di bagian dalam museum
RENCANA KONSERVASI BANGUNAN MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK














\










KESIMPULAN

Konservasi arsitektur saat ini cukup banyak diterapkan pada bangunan dan kawasan di Indonesia. Salah satunya adalah Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta.
Konservasi yang terjadi pada bangunan Museum Seni Rupa dan Kemarik adalah Restorasi. Restorasi tersebut meliputi upaya konservasi dan renovasi museum. Ini dilakukan untuk melestarikan dan mengembalikan kondisi fisik museum ke bentuk dan tampilan yang seharusnya. Selain itu, restorasi juga dilakukan demi menambah dan menyesuaikan fungsi interior bangunan agar sesuai dengan standar internasional.
Restorasi perlu dilakukan untuk menjadikan museum sebagai bangunan yang tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga menjadi bangunan yang menjawab kebutuhan dan berguna bagi masyarakat luas.
Oleh karena itu, konservasi arsitektur dapat memperbaiki lingkungan sekitarnya.











DAFTAR PUSTAKA
sumber
https://www.academia.edu/6837942/KONSERVASI_BANGUNAN_TUA-BERSEJARAH
http://museumsenirupa.com/