Minggu, 31 Januari 2016

Permasalahan yang Dihadapi di Dunia Konstruksi

Kaitan Biaya, Mutu dan Waktu dalam dunia konstruksi

Dalam tugas Hukum Pranata dan Pembangunan kali ini, saya ditugaskan oleh dosen untuk mempelajari dan mengetahui bagaimana pengaruh biaya, mutu dan waktu serta koordinasi manajemen dalam suatu proyek konstruksi. Sebelumnya saya akan menjelaskan apa itu Prooyek konstruksi. Proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk infrastruktur. Proyek konstruksi memiliki karakterisitik unik yang tidak berulang. sehingga proses yang terjadi pada suatu proyek tidak akan berulang pada proyek lainnya (Ervianto. 2004).

Lanjut menurut Utomo setiap proyek proyek memiliki tujuan khusus. Dimana didalamnya terdapat batasan yang sangat mendasar. yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan. waktu dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiganya batasan tersebut dikenal dengan tiga pembatas (triple constraint).



Agar proyek dapat berjalan dengan lancar dan mencapai target yang diinginkan.               Proyek harus tidak melebihi ketiga batasan tersebut. Dan memastikan proyek tetap berjalan di dalam ketiga batasan tersebut. Diperlukanlah suatu sistem manajemen proyek. Manajemen untuk constraint mutu. anggaran dan waktu dilakukan dengan jalan pengawasan (controlling). Constraint anggaran dan waktu. merupakan constraint yang saling terkait satu sama lain. Pengendalian jadwal proyek akan sangat berpengaruh terhadap fluktuasi biaya teknis proyek, begitu pada sebaliknya. Sehingga untuk mengendalikan keduanya perlu dilakukan usaha manajemen waktu-biaya yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan waktu dan jadwal untuk menghadapi jumlah kegiatan dan kornpleksitas yang cenderung bertambah. Hal itu dapat dilakukan dengan bantuan Metode Bagan Balok (bar chart) dan Analisis Jaringan Kerja (network analysis) yang berupa penyajian perencanaan dan pengendalian. khususnya jadwal kegiatan secara sistematis dan analitis.


Permasalahan yang Berkaitan dengan Biaya, Waktu, dan Kualitas dalam Konstruksi

Pada kondisi optimal faktor-faktor biaya, waktu, dan kualitas membentuk tata hubungan yang saling bergantung serta berpengaruh amat kuat dengan kepekaan tinggi. Jika salah satu darinya berubah atau digeser sedikit saja akan Iangsung berdampak pada faktor lainnya. Dan pada umumnya merupakan hal yang sulit bahkan mustahil untuk dapat mencegah pengaruhnya. Hubungan ketergantungan yang amat peka antar tiga faktor tersebut juga merupakan perbedaan mencolok bila dibandingkan dengan proses produksi pada industri pabrik manufaktur. Pada industri pabrik walaupun pada waktu peninjauan kelayakan di awal proyek telah dilakukan perhitungan mengenai biaya produksinya. akan tetapi harga jual produk masih tetap saja dapat ditetapkan pada akhir proses dengan peluang cukup luas untuk memperhitungkan kondisi dan hukum pasar pada saat itu. Jikalau tidak dapat meraih margin pasar secukupnya. Produsen masih berkesempatan cukup longgar untuk menyesuaikan operasinya baik dalam hal proses produksi maupun penetapan harga jual dikaitkan dengan strategi pemasaran. Disamping itu. titik impas biaya produksi pada industri pabrik biasanya ditetapkan dengan kondisi yang tidak harus terlalu ketat tergantung pada waktu. Apabila dalam proses produksi mengalami kegagalan untuk mencapai kualitas tertentu. sebelum diputuskan untuk mengapkir hasil produksi pada umumnya masih tersedia jalan keluar untuk menyelamatkan industri. Jalan keluar dapat berupa upaya mendaur ulang material atau melepaskan hasil produksi apa adanya ke pasar dengan mengelompokkannya menjadi kualitas lebih rendah. Sudah tentu dengan tetap memperhitungkan situasi dan permintaan pasarnya. Upaya-upaya penyelamatan dengan cara demikian tidaklah tergantung secara ketat pada faktor-faktor biaya dan waktu. Bukankah merupakan hal yang lazim dan sering dijumpai beredarnya berbagai kelas mutu dan suatu hasil industri di pasar meskipun dan satu merek yang sama? Produk jadi material keramik misalnya di pasar dapat ditemui berbagai kelas kualitas, sejak kelas I sampai 3. 

Sedangkan pada industri konstruksi. sebagaimana Iayaknya pelayanan jasa. Ketentuan mengenal biaya, kualitas, dan waktu penyelesaian konstruksi sudah diikat di dalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai. Apabila muncul hal-hal yang tidak diperhitungkan selama proses produksi. tidalah mudah untuk mengubah ketentuan-ketentuan yang sudah merupakan bentuk kesepakatan tersebut. Apabila di dalam proses konstruksi terjadi penyimpangan kualitas hasil pekerjaan. baik hal tersebut merupakan akihat perbuatan yang disengaja maupun tidak. resiko yang harus ditanggung tidaklah kecil. Cara memperbaiki yang disengaja maupun tidak. resiko yang harus ditangung tidaklah kecil. Cara memperbaiki bagian dan bangunan yang tidak sesuai dengan spesifikasi haruslah dibongkar kemudian di konstruksi ulang di tempat yang sama sesuai seperti apa yang dikehendaki di dalam perencanaan. Upaya untuk menukar dengan bangunan di tempat lain yang nilainya setara atau bahkan Iebih mahal sekalipun tidak dapat diterima. Sedang di lain pihak. upaya untuk memperbaiki penyimpangan bagaimanapun tak akan dapat mengubah kesepakatan pembiayaan dan jangka waktu pelaksanaan konstruksi. Bahkan segala macam bentuk penyimpangan terhadap kesepakatan tentang kualitas dan waktu penyelesaian pekerjaan biasanya mengandung resiko sanksi denda. yang pada ujungnya berdampak pada pudarnya reputasi para pelaksana seluruhnya. Dengan demikian jelas kiranya bahwa faktor-faktor biaya, waktu, dan kualitas dalam proses konstruksi merupakan ketentuan kesepakatan mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan ketiganya saling tergantung dan berpengaruh secara ketat.
Dalam penyelenggaraan konstruksi. faktor biaya merupakan bahan pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus ditanamkan Pemberi Tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Fluktuasi pembiayaan suatu konstruksi bangunan juga tidak terlepas dan pengaruh situasi ekonomi umum yang mungkin dapat berupa kenaikan harga material. peralatan dan upah tenaga kerja karena inflasi, kenaikan biaya sebagai akibat dan pengembangan bunga bank, kesempitan modal kerja, atau penundaan waktu pelaksanaan kegiatan karena sesuatu keterlambatan. Disamping itu, masih ada pengaruh yang datang dan masalah produktivitas. kemudian ketersediaan sarana dan prasarana awal di lokasi proyek atau kejadian khusus seperti sengketa hukum dan sebagainya. Sedangkan masalah-masalah yang berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan konstruksi Iebih banyak disebabkan oleh


mekanisme penyelenggaraan, seperti keterlambatan pengadaan peralalan dan material. Keterlambatan perencanaan. perubahan-perubahan pekerjaan selama berlangsungnya konstruksi, kelayakan jadwal konstruksi, masalah-masalah produktivitas, peraturan-peraturan dari pemerinah mengenai keamanan perencanaan dan metode konstruksi dampak lingkungan, kebijakan di bidang ketenagakerjaan dan sebagainya. Kemudian masalah-masalah yang mempengaruhi kuaIitas hasil pekerjaan Iebih banyak berawal dan didominasi oleh kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan kemampuan dan ketrampilan teknis. Seperti misalnya dalam penyusunan kriteria perencanaan dan spesifikasi, pengelolaan segi finansial sebagai penunjang, tata cara penyediaan material dan peralatan, pengerahan tenaga terampil, dan kelemahan di bidang pemeriksaan dan pengawasan selama konstruksi berlangsung. Selanjutnya masih terdapat masalah-masalah tambahan yang cukup penting yang berpengaruh secara sekaligus terhadap ketiga-tiga faktor, yaitu upaya analisis rekayasa nilai, pembiayaan tak terduga yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, dan program-program pelatihan bagi pekerja. Ringkasan uraian hal-hal yang tersebut di atas diberikan dalam bentuk bagan pada Gambar 5.3.


Permasalahan yang Berkaitan dengan Koordinasi dan Pengaturan Manajemen

Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek oleh para anggotanya dengan memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan-pengelolaan lingkup kerja, waktu, biaya, dan mutu. Pengelolaan aspek-aspek tersebut dengan benar merupakan kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan suatu proyek. Dengan adanya manajemen proyek maka akan terlihat batasan mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari pihak-pihak yang terlibat dalam proyek baik langsung maupun tidak langsung, sehingga tidak akan terjadi adanya tugas dan tangung jawab yang dilakukan secara bersamaan (overlapping). Apabila fungsi-fungsi manajemen proyek dapat direalisasikan dengan jelas dan terstruktur, maka tujuan akhir dari sebuah proyek akan mudah terwujud, yaitu: Tepat Waktu Tepat Kuantitas Tepat Kualitas Tepat Biaya sesuai dengan biaya rencana Tidak adanya gejolak sosial dengan masyarakat sekitar Tercapainya K3 dengan baik Pelaksanaan proyek memerlukan koordinasi dan kerjasama antar organisasi secara solid dan terstruktur. Dan hal inilah yang menjadi kunci pokok agar tujuan akhir proyek dapat selesai sesuai dengan schedule yang telah direncanakan. Pada Proyek ‘tempat penulis kerja praktek’, terdiri dari beberapa unsur organisasi yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Adapun pihak-pihak tersebut antara lain: Pemilik proyek (owner)/investor yang juga merupakan konsultan manajemen konstruksi Konsultan perencana arsitektur, landscape, dan quantity surveyor Kontraktor pelaksana utama yang membawahi:
1)        Konsultan perencana struktur dan mekanikal & elektrikal
2)        Sub kontraktor spesialis Kontraktor pondasi Dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
ke- 4 pihak tersebut harus mempunyai hubungan kerja yang jelas, dan dapat bersifat ikatan kontrak, perintah, maupun garis koordinasi.



Contoh Proyek Konstruksi yang Terhenti
                   Proyek Hambalang Berhenti

Dalam bidang konstruksi memang tak lepas dari faktor-faktor penghambat jalannya suatu proyek, diantaranya: Bahan-bahan material bangunan, tenaga kerja, peralatan pendukung proyek, dan biaya/dana keuangan.

Disini saya mengambil contoh proyek Hambalang yang terhenti yang mana merupakan Kawasan proyek Pusat Pendidikan, Pengembangan, dan Sekolah Olah Raga Nasional berlokasi di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Adapun sebab-sebab terhentinya proyek Hambalang ini yang saya dapatkan dari beberapa sumber berita diantaranya karena adanya masalah biaya/dana keuangan akibat kasus korupsi. Berdasarkan berita Warta Kota (30 Mei 2012) memberikan informasi bahwa “pihak Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) selaku pihak pengorder proyek kepada KSO, belum membayarkan sisa kontrak untuk tahun 2012 sebesar kurang lebih Rp 500 miliar.”, karena itu bangunan Hambalang yang sudah 49 persen terbangun akhirnya di runtuhkan.

Dalam menjalankan sebuah proyek tak jauh dari kata “biaya”, tak ada biaya maka proyek pun tersendat. Karena kurang dan tak adanya biaya maka bahan material pun tak dapat dipenuhi, hal ini yang menyebabkan tersendatnya suatu proyek dan lambatnya jalan suatu proyek. Karena tidak adanya bahan material, maka para tenaga kerja pun tak mempunyai kerjaan. Hal ini lah yang sebenarnya merugikan si pemilik proyek karena pekerjaan menjadi lambat dan pembayaran kontrak pekerja semakin meningkat juga. Oleh karena itu, proyek ini dihentikan.

Bukan hanya bahan material bangunan dan tenaga kerja yang terkena imbas dari tidak adanya biaya. Tetapi, pada peralatan juga terkena imbasnya, bagaimana peralatan dapat dipenuhi jika biaya penyewaannya saja tidak dapat dipenuhi.

Sekarang proyek Hambalang sudah dihentikan dan diruntuhkan karena kondisi lingkungan bangunan yang sudah tidak mendukung dan bangunan yang sudah bertahun-tahun ditinggalkan, selain itu karena bangunan yang sudah terlalu lama terkena hujan, badai, longsor, dan pergeseran tanah yang membuat bangunan tersebut tidak kokoh lagi dan menjadi ambles.